Mengelola Keuangan Setelah Menikah

Beberapa waktu lalu saya dan calon suami membaca suatu artikel mengenai seorang suami yang membunuh istrinya hanya karena masalah uang. Hal itu membuat kami berpikir mengenai pencegahan apa yang bisa dilakukan agar di masa depan uang bukan menjadi pemicu masalah rumah tangga kami nanti kelak. Akhirnya muncul topik mengenai penting menjelang hari H pernikahan kami: Finansial.

Bermodalkan saran dari mbah gugel, kami menemukan artikel ini dan ini.

Jadi menurut kami, ada 3 pokok bahasan yang harus dibicarakan dalam keuangan sebelum menikah ini: Penghasilan/Pengeluaran, Asuransi, dan Investasi.

Penghasilan/Pengeluaran

Idealnya di keuangan yang sehat, minimal 10% dari penghasilan dipakai untuk menabung, dan kalau memiliki hutang maksimal 30% dari penghasilan.

Hal lain yang harus dipikirkan adalah dana darurat. Idealnya dana darurat untuk perorangan 3x pengeluaran bulanan, tetapi jika sudah berkeluarga sebaiknya 6-10x pengeluaran bulanan. Dana darurat ini harus disimpan dalam bentuk yang mudah diambil. Jadi sebaiknya tidak dijadikan deposito atau investasi.

Apabila suami-istri sama-sama memiliki penghasilan, maka harus dibicarakan juga mengenai hak dan kewajiban ketika membayar pengeluaran termasuk di dalamnya hutang. Dalam hak kewajiban ini yang biasanya menjadi modal perseteruan rumah tangga apabila keuangan suami dan istri tidak disatukan dalam satu wadah tabungan bersama. Tetapi masih banyak suami dan istri yang memisahkan hartanya, dan pernikahannya masih bertahan. Untuk keuntungan dan kerugian masing-masing (memisahkan harta atau disatukan hartanya) mungkin nanti akan dibahas kalau sudah menemukan referensi yang cukup.

Asuransi

Kesadaran asuransi di masyarakat kini masih rendah. Banyak keluarga yang masih belum percaya untuk membeli produk asuransi karena merasa tidak butuh. Tapi saya pribadi merasakan beratnya tidak memiliki asuransi lalu tiba-tiba divonis suatu penyakit.

Mungkin rasanya tabu jika mengatakan ini, tetapi apa yang harus dilakukan apabila salah satu sumber penghasilan (suami/istri) sakit? Bisa saja sakit-sakit lazim seperti tipus atau DBD yang mengharuskan diopname, tapi bisa juga sakit-sakit kronis seperti kanker. Atau malah mengalami kecelakaan yang tidak diduga dan meninggal.

Berat memang jika memikirkan hal itu bisa terjadi, tapi kita bukanlah Tuhan yang bisa mengetahui takdir kita di masa depan. Dan apabila hal ini terjadi, akan sangat mempengaruhi keuangan keluarga.

Biaya kesehatan semakin hari semakin mahal. Biaya opname di rumah sakit saja sekarang sudah mahal, bisa-bisa sampai satu bulan gaji. Kalau penyakitnya hanya penyakit yang bersifat sementara, krisis keuangan mungkin hanya sementara dan mempengaruhi dana darurat saja, tapi jika penyakitnya kronis? Maka dana darurat belum tentu dapat menutupi biayanya.

Karena itulah sebaiknya apabila sudah berkeluarga, kita membeli suatu produk asuransi, kesehatan untuk seluruh anggota keluarga, dan jiwa untuk sumber penghasilan. Karena kita tidak pernah tahu takdir kita di masa depan.

Investasi

Investasi ada beberapa jenis menurut jangka waktunya: jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Untuk jangka pendek, biasanya berupa deposito (karena range waktunya maks. hanya 5 thn). Untuk jangka menengah biasanya investasi yang akan dikembalikan dalam kurun waktu 10 thn. Sedangkan untuk jangka panjang adalah investasi yang manfaatnya bisa dirasakan seumur hidup, seperti kontrakan, kos-kosan, dsb.

Apabila modal yang dimiliki sedikit, untuk pertama-tama menikah, investasi jangka pendek masih cukup. Atau boleh juga investasi jangka panjang yang tidak terlalu mahal seperti emas batang.

 

Hal yang paling penting untuk keuangan sebelum menikah menurut wejangan orang-orang adalah jangan mengandalkan uang gentong. Karena kerap kali walaupun orang tua bilang uang gentong untuk pengantin saja, terkadang keluarga lain meminta uang gentongnya dan kita tidak dapat menolak keinginan keluarga lain ini.

Semoga berguna! 🙂

 

2 thoughts on “Mengelola Keuangan Setelah Menikah

Leave a comment